Selasa, 25 Februari 2014

BERSYUKUR SETIAP SAAT


BERSYUKUR SETIAP SAAT
          Dari begitu bangun pagi di kamar lantai atas sampai turun ke lantai bawah, sudah berapa kali saya mengucapkan terima kasih dan bersyukur? Mungkin sudah lima kali sampai tujuh kali. Dalam satu hari? Berapa kali saya berteriama kasih dan bersyukur di dalam hati? Berapa kali yang saya ucapkan dengan lantang bersuara dengan orang lain? Mungkin bisa 59 sampai 100 kali, bisa jadi lebih, karena saya tidak hitung.
Tidak Praktik kedengarannya? Kok ya aneh mengucapkan teima kasih sampai puluhan kali dan satu hari? Bahkan ratusan kali? Jawabannya mudah saja: dengan berterima kasih dan bersyukur, kita selalu mencari sisi positif dari segala sesuatu. Dengan mencari sisi positif, maka diri kita menjadi semakin positif dalam melihat segala sesuatu. Pasti ada putih setitik didalam hitam kelam dan ada hitam setitik didalam pasir putih bersih.
          Dengan selalu mengingat kelimpahan kita, otak kita mencetak keyakinan (believe) bahwa memang benar kita hidup dalam kelimpahan. Maka semua perbuatan kita didasari oleh keyakinan ini, termasuk persepsi diri kita sebagain personifikasi dari sukses. Lantas, sampai kapan perlu mengucpakan terima kasih dan bersyukur berpuluh-puluh kali tersebut? Sepanjang hayat
Ah, tidak Praktis, mungkin ada yang berpendapat demikian. Sekali lagi bahwa ini tidak mengajarkan untuk sukses dalam semalam, namun dengan mengubah mindset (pola pikir) maka segal faktor eksternal yang sering menjadi atribut orang sukses akan datang dengan sendirinya bagaikan arus sungai.
Berterima kasih dan bersyukur toh tidak memerlukan uang maupun sumber daya apa pun. Intinya hanya satu, yaitu kemauan keras untuk mengubah diri. Jangan pikirkan “pahala” yang dapat dari perbuatan ini dulu. Jangan pula mengharap nasib akan berubah dalam sekejab. Yang jelas, dengan mengucapkan terima kasih kepada orang lain tanpa ada rasa keterpaksaan dan rasa canggung saja sudah merupakan jembatan kita ke dalam hati orang itu.
“Terima kasih” tidak akan pernah ditolak oleh orang lain, malah biasanya disambut dengan senyum lebar dan hati yang sedikit lebih lembut dari pada sebelumnya. Ini saja sudah merupakan magnit yang bisa membantu kita semua dalam memproyeksikan diri yang sukses ke luar. Jadi, Jika ada keragu-raguan dan ke-engganan untuk berterima kasih dan bersyukur dalam skala dan frekuensi luar biasa, maka sebaiknya Anda urungkan niat Anda untuk menjadi Personifikasi dari sukses itu Sendiri. Amin ...